ActivitiesArticleBuletinEventsHSE Pages

Dear All,
Berikut kami sampaikan HSE Bulletin pada bulan AGUSTUS 2024.

Dimana kurleb kontennya berkaitan dengan :
 PENUHI KEBUTUHAN TIDUR SESUAI USIA
 MENCEGAH KECELAKAAN KERJA DENGAN BUDAYA 5R
 PENANGANAN GIGITAN HEWAN (ULAR) BERBISA
 PERTOLONGAN PERTAMA PADA CIDERA BAHU
 PERTOLONGAN PERTAMA PADA KESELEO

Jadi. . . tunggu apa lagi , Yuk dibaca 

“begin with safety in mind”

Terimakasih Atas Perhatiannya

HSE DEPARTMENT

 PENUHI KEBUTUHAN TIDUR SESUAI USIA
 MENCEGAH KECELAKAAN KERJA DENGAN BUDAYA 5R
  1. Apa yang dimaksud dengan 5R?

5R adalah budaya kerja yang terdiri dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. 5R sendiri merupakan konsep yang diadopsi dari manajemen Jepang, yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke.

 

  1. Ringkas atau Seiri    wajib menyingkirkan barang-brang yang tidak diperlukan.
  2. Rapi atau Seiton  merapikan barang-barang sehingga semua barang punya tempatnya sendiri.
  3. Resik atau  Seiso        menerapkan kebiasaan membersihkan. Namun disini tidak sekedar    membersihkan barang,           tetapi    juga    sambal memeriksa apakah barang masih layak pakai atau tidak.
  4. Rawat atau Seiketsu  apabila barang masih  bagus     dan berfungsi maka kita wajib untuk merawatnya dengan tujuan menghidari ketidakpastian. Misalnya, kerusakan alat yang membuat celaka pekerja sebab tidak di service secara rutin atau label warna salah letak sehingga menimbulkan kecelakaan kerja.
  5. Rajin atau Shitsuke  setiap orang didalam  ruangan    5R memastikan    seiketsu    (rawat)

berjalan dengan baik dengan rambu-rambu  atau  peraturan yang telah disepakati.

 

Kaitan 5R dengan K3 terutama Safety saling mengikat, karena Safety adalah hal mutlak di dalam suatu pekerjaan khususnya di dunia industri, membahas bagaimana safety sangatlah penting ketika melakukan pekerjaan. Oleh karena  itu,  dibutuhkan kesadaran diri masing-masing karyawan dalam menjaga lingkungan kerja tetap aman dan terawatt.

 

Kecelakaan kerja bisa berlangsung setiap saat, tersebut contoh-contoh pemicu kecelakaan kerja:

 

  1. Human  Error         (Kekeliruan Manusia),
  1. Tidak  menggunakan   APD   (Alat Pelindung Diri)
  1. Menggerakkan alat   tidak   sesuai SOP    (Standard       Operasional Prosedur)
  2. Kecerobohan,
  3. Bekerja sekalian bercanda,
  4. Bekerja tidak konsentrasi,

 

Kecelakaan kerja bias dicegah, dengan cara :

  1. Tetap berdoa sebelum kita mulai pekerjaan,
  2. Bekerjalah tanpa tergesa-gesa atau emosi,
  3. Analisis  bagian-bagian    beresiko sebelum kita bekerja,
  4. Patuhi ketentuan K3 yang berlaku di tempat kerja,
  5. Menggerakkan alat  sesuai  dengan SOP.

 

5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang meperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan tertib, maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan, dan dengan demikian efisiensi, produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja dapat lebih mudah tercapai.

 

  1. RINGKAS

Langkah melakukan Ringkas :

  1. Cek barang yang berada di area masing-masing.
  2. Tetapkan kategori barang- brang yang   digunakan   dan yang tidak digunakan.
  3. Beri label warna untuk barang yang tidak digunakan.
  4. Siapkan  tempat untuk menyimpan/membuang/memus nahkan barang-barang yang tidak digunakan.
  1. Pindahkan barang-barang yang berlabel ke tempat yang telah ditentukan.

 

  1. RAPI

Langkah melakukan Rapi :

  1. Rancang metode penempatan barang yang  diperlukan, sehingga                mudah    didapatkan saat dibutuhkan,
  1. Tempatkan barang-barang yang diperlukan ke   tempat   yang telah dirancang dan disediakan
  2. Beri label/identifikasi untuk mempermudah penggunaan maupun pengembalian ke tempat semula.

 

  1. RESIK

Langkah melakukan Resik :

  1. Penyediaan sarana kebersihan,
  2. Pembersihkan tempat kerja,
  3. Peremajaan tempat kerja, dan
  4. Pelestarian RESIK

 

  1. RAWAT

Langkah melakukan Rawat :

  1. Tetapkan standar kebersihan, penempatan, penataan
  2. Komunikasikan  ke setiap karyawan yang sedang bekerja di tempat kerja

 

  1. RAJIN

Langkah melakukan Rajin :

  1. Target bersama,
  2. Teladan atasan (atasan memberi contoh)
  3. Hubungan/komunikasi di lingkungan kerja,
  4. Kesempatan belajar.

 

Pustaka :

 

Suprayitno,     Hadi.,     Dedi     Rianto

Rahadi.,     dan     Rusdianto.     (2021).

“Mencegah Kecelakaan Kerja  dengan Budaya 5R”. JPKMBD (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Bina Darma), Vol. 1, No.1, Juli 2021, e- ISSN: 2797-7323. Hal. 20-29.

 PENANGANAN GIGITAN HEWAN (ULAR) BERBISA

Sekitar 50% dari gigitan ular berbisa merupakan dry bites atau gigitan kering, yaitu ular berbisa mengigit tanpa mengeluarkan bisa. Dry bites tidak menimbulkan gejala yang bersifat sistemik.

 

 

 

Berdasarkan  jenis  bisanya,  ular dapat dikategorikan menjadi 4 (empat),                                    yaitu:

  1. Neurotoksin : jenis bisa yang menyerang saraf.
  2. Hemotoksin : jenis bisa yang menyerang darah.
  3. Kardiotoksin: jenis  bisa  yang menyerang jantung.
  4. Sitotoksin : jenis bisa yang menyerang sel.

 

Beberapa ular berbisa akan memunculkan gejala tersendiri. Namun secara umum, gigitan ular dapat  diidentifikasi  melalui  tanda dan gejala berikut:

 

–   Terdapat dua luka gigitan

–    Nyeri  dan  bengkak, kemerahan/ kehitaman dan/ atau lepuh di sekitar luka gigitan

–   Sesak nafas, mual dan muntah

–   Penglihatan kabur

–   Berkeringat

–   Air liur meningkat

–    Mati rasa di wajah dan anggota badan tertentu

Berikut ini beberapa tip bila digigit ular :

 

Yang perlu dilakukan :

–    Tetap tenang dan usahakan untuk mengingat jenis, warna, serta ukuran ular.

–    Kurangi aktifitas dan melakukan imobilisasi area gigitan.

–    Posisikan    area    gigitan    lebih rendah dari jantung.

–    Tutup  dengan  kain  kering  yang bersih.

–    Lepaskan cincin atau jam tangan dari anggota tubuh yang digigit.

–   Longgarkan       pakaian       yang dipakai.

–    Segera dikirim untuk pertolongan medis terdekat.

 

 

Yang tidak boleh dilakukan :

–    Memanipulasi luka, baik dengan cara     menyedot   bisa   ular   dari tempat   gigitan   atau   menyayat kulit agar bisa keluar bersama darah, menggosok dengan zat kimia, atau mengompres dengan air   panas   atau   es   pada   luka gigitan.

–    Mengikat  atau  member  torniket terlalu keras pada luka gigitan.

–    Minum  minuman   alcohol  atau kopi.

–   Mencoba         mengejar         dan menangkap ular.

 

Apabila   ular   yang   menggigit tidak berbisa, maka dokter akan memberikan terapi antibiotika dan pencegahan tetanus sesuai dengan indikasi, sedangkan pada kasus yang lebih berat dapat diberikan anti venom. Untuk mengurangi gejala nyeri yang ada, penderita dapat diberikan anti nyeri seperti Parasetmol.

 

Di Indonesia, antivenom yang tersedia adalah serum anti bisa ular (SABU)polivalen yang mengandung bisa  dari  3  jenis  ular,  diproduksi oleh Bio Farma dengan sedia anampul 5 mL.

 

Cara pemberian SABU menurut rekomendasi WHO (2016) ada 2 (dua) cara yaitu:

 

  1. Injeksi “push”    intravena    : Antivenom cair diberikan dengan injeksi intravena lambat (tidak lebih dari 2 ml / menit).
  2. Infusi ntravena: Antivenom cair dilarutkan dalam sekitar 5 ml cairan isotonik per kg berat badan (yaitu sekitar 250 ml saline isotonic atau 5% dekstrosa dalam kasus pasien dewasa)   dan   diinfuskan   pada tingkat  konstan  selama  sekitar

30-60 menit. Jangan lupa untuk selalu menyediakan adrenalin pada saat pemberian serum anti bisa ular.

 

Dosis awal anti venom yang disarankan dapat diberikan berdasarkan derajat venomisasi seperti       pada      table       berikut.

Website : M. Rizqy Setyarto, SpB, SpBP-RE dari RSUP Dr. Kariadi. PENANGANAN GIGITAN ULAR (rskariadi.co.id)

 PERTOLONGAN PERTAMA PADA CIDERA BAHU
 PERTOLONGAN PERTAMA PADA KESELEO